CELAKA KARENA
SOMBONG
Dahulu ada
seekor keledai dan
seekor srigala yang berteman baik. Bersama-sama mereka berkelana
mencari makanan.
“Hari
ini aku ingin makan buah semangka,” kata si keledai. “Ayo kita pergi dan
mencari ladang semangka.”
Keledai
dan srigala mencari di semua tempat dan pada akhirnya mereka menemukan sebuah
ladang penuh dengan buah semangka besar-besar dan masak.
Keduanya
menunggu malam tiba sehingga mereka dapat memasuki tanpa terlihat orang.
“Wah,”
kata si keledai, “Lihatlah semua semangka yang masak itu.”
Dengan
cepat ia memakan buah semangka sebanyak yang dapat ia lakukan.
Setelah
keledai dan srigala mengisi perutnya, si srigala berkata, “ Ayo kita kembali,
nanti terlambat.”
“Mengapa
kita harus kembali buru-buru?” Angin bertiup sepoi-sepoi, bintang-bintang
berkelip di langit, bulan bersinar cemerlang. Aku belum ingin kembali. Ternyata
makan semua buah semangka yang lezat ini menbuatku merasa sangat nyaman. Aku ingin
merasa ingin menyanyi.” Dengan lagak
sombong si keledai menyanyikan sebuah lagu.
“Hentikan
berisik yang sangat memekakkan itu, kamu bodoh !” teriak srigala, “Para petani
akan mendengar dan datang kesini!”
“Apa,
berisik katamu. Kamu sebut nyanyianku yang merdu ini sebagai berisik?” kata
keledai dengan marah. “Aku rasa kamu iri padaku, karena kamu tidak dapat
menyanyi separuh saja dari kemampuanku”.
“Kalau
demikian, kamu menyanyilah terus. Aku lebih baik menunggu di luar kebun saja,”
kata srigala cepat-cepat keluar dari kebun.”
“Hii,
Haw, hoek, hoekkk!” teriak si keledai. “Hii, Haw, Hoek, hoekkk.”
Keledai mengira suaranya amat merdu. Dia bahkan
menuduh temannya yaitu srigala sengaja keluar hanya karena tidak bisa menyanyi
seperti dirinya.
Ketika
Pak Tani mendengar ringkikan keledai yang melengking itu, dia merasa heran.
“Ada
apa ya ? Siapa yang bersuara di kebun....?”
“Kurangajar!
Ada seseorang atau sesuatu yang memasuki kebun semangkaku, awas ya! Tidak aku
ampuni kau!” Kata Pak Tani sambil berlari cepat.
“Kamu
pencuri!” teriak Pak Tani memukuli si keledai dengan keras. “Rasakan pentungan
ini karena mencuri semangka kami.”
“Bak!
Buk! Bak! Buk!’’ berkali-kali Pak Tani menggebuki Si keledai. Si keledai ambruk
akibat pukulan Pak Tani.
“Bagaimana?
Klenger nggak kamu? Kukira keledai ini telah mati, heeem aku masih banyak
pekerjaan, terpaksa kau tinggalkan saja di sini!” kata pak Tani.
Setelah
para petani meninggalkannya, Sang srigala
mendekati Si keledai dan berkata, “Bukankah aku telah memperingatkanmu?”
“Yah,
karena kebodohanku sendirilah menyebabkan aku dipukuli,“ rintih Si keledai
menahan sakit sambil berusaha berdiri.
Lain kali aku akan
mendengarkan nasihat baik yang diberikan kepadaku secara lebih cermat.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar